ALBAQIYATUSH SHOLIHAT

 ALBAQIYATUSH SHOLIHAT


Oleh. Ust. Drs. H. Taufiq Burhani, M.Pd.


(Anggota CMM:145)







Judul di atas merupakan potongan ayat
yang sangat penting bagi kita. Albaqiyatus sholihat mempunyai arti kebiasaan
yang baik,  atau kebaikan yang terus-menerus.
 Namun secara khusus, menurut Ibnu Abbas
dll yang dimaksud dengan albaqiyatussalihat adalah shalat lima waktu.
Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan yang dimaksud dengan albaqiyatussalihat
adalah ucapan subhaanallaah walhamdulillaah, wa laa ilaha illaallaah wallahu
akbar.



Potongan ayat al-baqiyatussalihat­
 ini ada pada dua tempat. Yang pertama dalam  QS Al Kahfi18.46, yang artinya:




ٱلۡمَالُ
وَٱلۡبَنُونَ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱلۡبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ
خَيۡرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابٗا وَخَيۡرٌ أَمَلٗا 




”Harta dan anak-anak
adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh
adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan.”



Ditegaskan dalam ayat ini ini bahwa
kebajikan yang terus menerus (yang kekal lagi shaleh) itu lebih baik pahalanya
dan lebih layak untuk menjadi harapan.



Yang kedua ada  pada surah Maryam 19:76, yang artinya:




وَيَزِيدُ
ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ٱهۡتَدَوۡاْ هُدٗىۗ وَٱلۡبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيۡرٌ عِندَ
رَبِّكَ ثَوَابٗا وَخَيۡرٞ مَّرَدًّا 




“Dan Allah akan menambah
petunjuk kepada mereka yang mengikuti petunjuk. Dan amal-amal shaleh yang
kekal
itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.”



Penegasan dalam ayat ini adalah
bahwa kebiasaan yang baik itu merupakan perilaku yang lebih baik pahalanya dan
pasti lebih baik kesudahannya. Yakni berakhir di surga.



Kita harus menjaga kebajikan yang
dilanggengkan ini. Pola perilaku ini bisa menjadi “wasilah” atau  “amal pilihan” untuk lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Hal ini diperintahkan oleh Allah SWT sebagaimana firmn-Nya :




يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱبۡتَغُوٓاْ إِلَيۡهِ ٱلۡوَسِيلَةَ
وَجَٰهِدُواْ فِي سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ 




"Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri
kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat
keberuntungan.(QS Al Maidah 5:35)




Bagaimana kita bisa menjaga kebiasaan
baik ini?



Dalam hidup kita sehari-hari, pada
hakikatnya kita mengulang-ulang perbuatan kita. Karena itu kita harus memilih yang
terbaik perbuatan yang kita ulang-ulang itu.



Sebagai contoh,
bagaimana kita memilih kebiasaan yang baik waktu bangun tidur. Ada bangun tidur
yang bernilai amal shaleh. Ada juga yang bernilai kefasikan. Ada yang biasa bangun
malam waktu sahar sekitar jam setengah 3. Ia  juga membiasakan berzikir dengan zikir harian,
seperti doa bangun tidur, masuk kamar mandi, berwudhu, berdoa sesudah bewudhu,
dll.



Namun ada juga yang selalu bangun
kesiangan. Ia tidak pernah mengenal zikir. Bibirnya tidak pernah melafalkan
doa. Bangun terjaga malam, ke kamar kecil, tidak berwudhu, langsung tidur lagi.



 



Itu dua contoh pilihan pembiasaan.
Yang satu memilih albaqiyatus sholihat. Satunya lagi membiasakan al-baqiyatus
sayyiat
, kebiasaan yang buruk.  Orang yang memilih kebiasaan bangun yang baik
dipuji oleh Allah SWT sebagaimana dalam surah Ali Imran 3:17




ٱلصَّٰبِرِينَ
وَٱلصَّٰدِقِينَ وَٱلۡقَٰنِتِينَ وَٱلۡمُنفِقِينَ وَٱلۡمُسۡتَغۡفِرِينَ
بِٱلۡأَسۡحَارِ 




“(di antara sifat
ketaqwaan yaitu ) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang
menafkahkan hartanya, dan yang memohon ampun di waktu sahar (menjelang
fajar.)”



 



Contoh lagi
dalam pembiasaan makan.



Setiap hari orang makan. Dalam
kebiasaan makan itu juga ada pilihan berkualitas, baik, shaleh. Ada yang
sebaliknya. Ada yang terbiasa makan dengan disiplin waktu, untuk menjaga
kesehatan. Senang makan dengan berbagi atau mengajak teman atau kerabat. Saat
makan ia selalu bersyukur, mengucap Bismillah,  selalu menggunakan tangan kanan, mengambil
porsi makanan yang sesuai, dan tidak meninggalkan sisa-sia di piring. Ia tidak
pernah mencela makanan.  



Ada pula yang tidak terbiasa dengan
kebiasaan yang baik ini. Sadar atau tidak ia lakukan kebiasaan buruk dalam
makan. Tidak mengucap Bismillah. Makan atau minum dengan tangan kiri. Mencela
makanan. Meninggalkan sisa-sisa yang seharusnya masih bisa dimakan, dsb. Janganlah
kita beranggapan bahwa kebiasaan makan ini tidak ada artinya. Ada kebiasaan
baik yang berpahala, ada kebisasaan buruk yang bisa mendatangkan dosa.




Dalam kehidupan
di dalam rumah, juga ada pekerjaan yang kita ulang-ulang.



Pilihan mana yang kita ulang-ulang
menjadi kebiasaan? Yang baik atau yang buruk? Kita tentu tahu akan kebaikan
dari tindakan membersihkan lingkungan rumah , membantu sesama penghuni rumah, membereskan
tempat tidur, membereskan dapur, menerima dan menghormati tamu dll. Kita tentu
sadar itu termasuk amal shaleh. Demikian pula dengan kebiasaan membaca, membaca
quran, shalat sunnah di rumah.  Ada orang
yang bersemangat melakukan kebiasaan baik itu dengan tulus. Ada yang sebaliknya.
Ia tidak pernah menyentuh aneka kebaikan di rumah itu.  Kegiatan di rumah bisa dijadikannya sebagai
ladang amal shalehnya yang dibiasakan. Itu menjadi albaqiyatus sholihat.




Dalam tutur
kata, masing-masing orang mempunyai kebiasaannya sendiri.



Tutur kata ada yang bersifat baik, seperti
yang menghargai orang lain,  lembut,
memberikan manfaat, memberi motifasi, menasehati. Sebaliknya, ada juga kebiasaan
mencela, mencemooh, menghina, merendahkan, membicarakan aib orang, mengeluarkan
kata kebencian, dsb.



Tutur kata itu sering menjadi sifat
seseorang. Kebiasaan bertutur kata yang telah menjadi perangai, agak sulit
mengubahnya.  Yang terbiasa berbohong,
akan dengan mudah mengeluarkan kebohongan. Yang sering mengumpat, akan sulit
mengubah kebiasaanya. Yang  biasa
mencela, sulit menahan diri dari mencela. Yang biasa membicarakan orang lain
sulit berlepas dari perbuatan ghibah ini. Karena itu, sebelum menjadi perangai,
hindari perkataan yang buruk. Biasakan perkataan yang baik. Man kana yu’minu
billahi wal yaumil akhir falyaqul khoiran, au liyasmut. Barang siapa beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaklan ia berkata yang baik, atau hendaklah ia
diam
.




Mengapa kita
menegakkan al baqiyatus sholihat
? 



Pertama, supaya kita tidak merugi dalam kehidupan kita. Dinyatakan dalam
surah Al-Asr bahwa semua manusia itu merugi, yakni semua amal dan usahanya
sia-sia. Kecuali orang yang beriman, beramal shaleh, dan saling berpesan/
saling mengingatkan. Nah, kebiasaan baik , albaqiyatus sholihat  yang dilandasi iman ini yang menyebabkan
seseorang terbebas dari kerugian.



Kedua, menjadi wujud dari sikap orang yang cerdas/ kayis menurut sabda
Nabi SAW, yaitu bahwa orang yang cerdas adalah orang yang selalu ingat akan
kematiannya dan ia mempersiapkan diri dengan bekal untuk kehidupan sesudah
mati.



Ketiga, menjadikan al baqiyatus sholihat ini sebagai sarana untuk
membina akhlaq dirinya. Akhlaq pada hakikat nya adalah perilaku yang terus-menerus
yang telah membentuk karakternya. Dan pembinaan akhlaq yang mulia menjadi misi
utama risalah nabi Muhammad SAW. Sebagaimana sabda beliau bahwa beliau diutus
untuk menyempurnakan akhlaq mulia.



Keempat, sebagai upaya untuk mendapatkan perilaku diri yang terbaik dan
paling dicintai oleh Allah SWT. Sebagaimana sabda Nabi SAW bahwa sebaik-baik
amal adalah yang terus menerus, walaupun sedikit. Dari Aisyah r.a ia
berkata, Nabi SAW pernah ditanya, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh
Allah?” Beliau menjawab, “Yang dikerjakan terus menerus walaupun sedikit.” Lalu
beliau bersabda, “Beramallah sesuai dengan kemampuan kalian.” (HR Bukhari no
5984)




Apa syarat diterimanya amal kebaikan?



Tentu harus dipenuhi
syarat iman, dan ikhlas. Beramalnya karena mengharap ridho Allah SWT semata,
bukan berharap kepada manusia, tidak terlalu bangga dengan amalnya sendiri, dan
tidak merendahkan orang lain.



Semoga Allah SWT
memudahkan kita kepada berbagai amal shaleh berupa ibadah-ibadah khusus,
kebajikan sosial, tholabul ilmi dsb, yang kita kerjakan secara terus-menerus.
.



Previous Post Next Post

Categorised Posts

نموذج الاتصال