Tafsir QS.Al-Maidah, ayat 27 Ibnu Katsir (1)

 Tafsir QS.Al-Maidah, ayat 27 Ibnu Katsir (1)



وَاتْلُ
عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ
مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (27)




Ceritakanlah kepada mereka kisah dua putra
Adam
(Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mem­persembahkan
kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua
(Habil) dan
tidak diterima dari yang lain
(Qabil). Ia (Qabil) berkata,
"Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil, "Sesungguhnya Allah hanya
menerima
(kurban) dari orang-orang yang bertakwa."




Allah SWT. berfirman menjelaskan kefatalan akibat
dari dengki, iri hati. dan zalim melalui kisah kedua anak Adam, yang menurut
jumhur ulama bernama Qabil dan Habil. Salah seorang darinya menyerang yang lain
hingga membunuhnya karena benci dan dengki terhadapnya karena Allah telah
mengaruniakan nikmat kepadanya dan kurbannya diterima oleh Allah SWT. karena ia
lakukan dengan hati yang tulus ikhlas.



Akhirnya si terbunuh memperoleh keberuntungan,
yaitu semua dosanya diampuni dan dimasukkan ke dalam surga, sedangkan si
pembunuh memperoleh kekecewaan dan kembali dengan membawa kerugian di dunia dan
akhirat. Untuk itu Allah SWT. berfirman:




وَاتْلُ
عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ




Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra
Adam
(Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya. (Al-Maidah: 27)




Yakni ceritakanlah kepada mereka yang membangkang
lagi dengki —yaitu saudaranya babi dan kera dari kalangan orang-orang Yahudi
dan orang-orang yang semisal dan serupa dengan mereka— tentang kisah kedua anak
Adam. Keduanya adalah Qabil dan Habil, menurut apa yang telah diceritakan oleh
bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf dan Khalaf.



Firman Allah SWT. yang mengatakan:



بِالْحَقِّ



dengan sebenarnya. (Al-Maidah: 27)



Yakni secara jelas dan gamblang tanpa ada
pengelabuan dan kedustaan, tanpa ada ilusi dan penggantian, serta tanpa
ditambah-tambahi atau dikurangi. Seperti pengertian yang tercantum dalam ayat
lain:




إِنَّ
هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقّ



Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar. (Ali
Imran: 62)




نَحْنُ
نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ




Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad)
dengan sebenarnya. (Al-Kahfi: 13)




ذَلِكَ
عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ




Itulah Isa putra Maryam. yang mengatakan
perkataan yang benar.
(Maryam: 34)




Kisah mengenai mereka berdua, menurut apa yang
telah disebutkan oleh bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf dan Khalaf,
bahwa Allah SWT. mensyariatkan kepada Adam a.s. untuk me­ngawinkan anak-anak
lelakinya dengan anak-anak perempuannya karena keadaan darurat.



Tetapi mereka mengatakan bahwa setiap kali
mengandung, dilahirkan baginya dua orang anak yang terdiri atas laki-laki dan
perempuan, dan ia (Adam) mengawinkan anak perempuannya dengan anak laki-laki
yang lahir bukan dari satu perut dengannya. Dan konon saudara seperut Habil
tidak cantik, sedangkan saudara seperut Qabil cantik lagi bercahaya. Maka Habil
bermaksud merebutnya dari tangan saudaranya. Tetapi Adam menolak hal itu
kecuali jika keduanya melakukan suatu kurban; barang siapa yang kurbannya
diterima, maka saudara perempuan seperut Qabil akan dikawinkan dengannya. Ter­nyata
kurban Habillah yang diterima, sedangkan kurban Qabil tidak diterima, sehingga
terjadilah kisah keduanya yang disebutkan oleh Allah SWT. di dalam Kitab-Nya.




As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan kisah
yang ia terima dari Abu Malik dan dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas; juga dari
Murrah, dari Ibnu Mas'ud. serta dari sejumlah sahabat Nabi SAW., bahwa tidak
sekali-kali dilahirkan anak (laki-laki) bagi Nabi Adam melainkan disertai
dengan lahirnya anak perempuan. Nabi Adam selalu mengawinkan anak lelakinya
dengan anak perempuan yang lahir tidak seperut dengannya, dan ia mengawinkan
anak perempuannya dengan anak lelaki yang lahir tidak seperut dengannya. Pada
akhirnya dilahirkan bagi Nabi Adam dua anak laki-laki yang dikenal dengan nama
Habil dan Qabil. Setelah besar Qabil adalah ahli dalam bercocok tanam,
sedangkan Habil seorang peternak. Qabil ber­usia lebih tua daripada Habil, dia
mempunyai saudara perempuan se­perut yang lebih cantik daripada saudara
perempuan seperut Habil. Kemudian Habil meminta untuk mengawini saudara
perempuan Qabil, tetapi Qabil menolak lamarannya dan berkata, "Dia adalah
saudara perempuanku yang dilahirkan seperut denganku, lagi pula dia lebih
cantik daripada saudara perempuanmu, maka aku lebih berhak untuk
mengawininya." Padahal Nabi Adam telah memerintahkan kepada Qabil untuk
menikahkan saudara perempuannya dengan Habil, tetapi Qabil tetap menolak.
Kemudian keduanya melakukan suatu kurban kepada Allah SWT. untuk menentukan
siapakah di antara keduanya yang berhak mengawini saudara perempuan yang
diperebutkan itu. Saat itu Nabi Adam a.s. telah pergi meninggalkan mereka
berdua, dia datang ke Mekah untuk ziarah dan melihat Mekah. Allah SWT,
berfirman, "Tahukah kamu bahwa Aku mempunyai sebuah rumah di bumi
ini?" Adam menjawab, "'Ya Allah, saya tidak tahu." Allah SWT.
berfirman, "Sesungguhnya Aku mempunyai sebuah rumah di Mekah, maka
datangilah." Kemudian Adam berkata kepada langit.”Jagalah anak-anakku
sebagai amanat," tetapi langit menolak; dan ia berkata kepada bumi hal
yang semisal, tetapi bumi pun menolak. Maka Adam berkata kepada Qabil. Qabil
menjawab, "Ya, pergilah engkau. Kelak bila engkau kembali, engkau akan
menjumpai keluargamu seperti yang engkau sukai." Setelah Adam berangkat,
mereka berdua melakukan suatu kurban. Sebelum- itu Qabil membanggakan dirinya
atas Habil dengan mengata­kan, "Aku lebih berhak mengawininya daripada
kamu, dia adalah saudara perempuanku, dan aku lebih besar daripada kamu serta
akulah yang di-wasiati oleh ayahku." Habil mengurbankan seekor domba yang
gemuk, sedangkan Qabil mengurbankan seikat gandum, tetapi ketika ia menjumpai
sebulir gandum yang besar di dalamnya, segera dirontokkannya dan di­makannya.
Dan ternyata api turun, lalu melahap kurban Habil, sedang­kan kurban Qabil
dibiarkan begitu saja (tidak dimakan api). Menyaksikan hal itu Qabil marah, lalu
berkata, "Aku benar-benar akan membunuhmu agar kamu jangan mengawini
saudara perempuanku." Maka Habil hanya menjawab, "Sesungguhnya Allah
hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa."



Demikianlah yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu
Jarir.




Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah
menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabbah. telah
menceritakan kepada kami Hajjaj. dari Ibnu Juraij. telah menceritakan kepadaku
Ibnu Khasyam. Ibnu Juraij mengatakan bahwa ia datang bersama Sa'id ibnu Jubair,
lalu Ibnu Khasjam menceritakan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Adam melarang seorang
wanita kawin dengan saudara lelaki kembarannya, dan ia memerintahkan agar
wanita itu dikawini oleh lelaki lain dari kalangan saudara-saudara lelaki lain
yang tidak sekembar dengannya. Tersebutlah bahwa setiap Nabi Adam mempunyai
anak, dari setiap perut lahirlah seorang bayi laki-laki dan seorang bayi
perempuan. Ketika mereka (Nabi Adam dan para putranya) menjalankan peraturan
tersebut, tiba-tiba lahirlah seorang anak perempuan yang cantik dan lahir pula
seorang anak perempuan yang buruk wajahnya (dari lain perut). Lalu saudara
lelaki dari wanita yang buruk rupa itu berkata (kepada saudara lelaki wanita
yang cantik), "Kawinkanlah aku dengan saudara perempuanmu, maka aku akan
menikahkanmu dengan saudara perempuanku." Lelaki saudara si perempuan yang
cantik menjawab, 'Tidak, akulah yang lebih berhak untuk mengawini saudara
perempuanku." Maka keduanya melakukan suatu kurban, dan ternyata yang
diterima adalah kurban milik peternak, sedangkan kurban milik petani tidak
diterima, maka si petani (Qabil) membunuh si peternak (Habil). Sanad asar ini jayyid.



Telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Hammad
ibnu Salamah, dari Abdullah ibnu Usman ibnu Khasyam, dari Sa'id ibnu Jubair,
dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: ketika keduanya
mempersembahkan kurban.
(Al-Maidah: 27); Mereka menyuguhkan kurbannya
masing-masing, pemilik ternak menyuguhkan kurban seekor domba putih bertanduk
lagi gemuk, sedangkan pemilik lahan pertanian menyuguhkan seikat bahan makanan
pokoknya. Maka Allah menerima domba dan menyimpannya di dalam surga selama
empat puluh tahun. Domba itulah yang kelak akan disembelih oleh Nabi Ibrahim a.s.
Sanad asar ini jayyid (baik).

Bersambung ke 2-Habis


Previous Post Next Post

Categorised Posts

نموذج الاتصال