MAKNA IDUL FITRI DALAM KONTEK KEHIDUPAN

 MAKNA IDUL FITRI DALAM KONTEK KEHIDUPAN


Oleh Ust. Hafidz, S.Pd., M.Pd.I


(Anggota CMM dan MPI PDM Kota Malang)


 




Hari Raya ('Id) dalam istilah Islam berarti sakinah (bahagia) karena
pengagungan terhadap Dzat Yang Maha Agung, yang dapat dijadikan sebagai medan
perlombaan menuju kebaikan dan persaingan (rivaling) menuju tempat
terhormat, yang ditandai oleh prilaku ihsan dan keutamaan jiwa yang diliputi
oleh kebesaran hati dan kemulian untuk melakukan kebajikan. Sungguh disayangkan
apabila sebagian dari kaum muslimin dalam menyambut hari raya Idul Fitri
dengan semangat yang kendur, sikap kaku dan dingin serta raut wajah masam dan cemberut,
sehingga Idul Fitri dianggap sebagai suatu transaksi perdagangan yang
mengikuti lahan subur dan alur nasib, dipengaruhi oleh masa sulit dan mudah,
kemunafiqan dan kebankrutan tanpa adanya celupan ruhani yang mendamaikan.



Oleh sebab itulah, maka ada beberapa aspek dalam memaknai Idul Fitri



Makna Idul Fitri
Dalam Aspek Religius (keagamaan)



Makna ini yang
perlu kita rasakan ketika  berada di
lapangan untuk melaksanakan shalat 'ID yaitu ungkapan rasa syukur yang mendalam
atas kesempurnaan ibadah , dimana seorang mu'min tidak hanya mengucapkan dengan
lisan, tetapi harus dieksperesikan dalam perasaan
dan tindakan, tentunya dengan perasaan ridha dan sakinah (tenang), terungkap
dalam keterbukaan dan kegembiraan karena karunia dan Rahmat Allah S
WT.
Sebagaimana Firmannya:




قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلۡيَفۡرَحُواْ
هُوَ خَيۡرٞ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ 




"Katakanlah!
Dengan karunia dan Rahmat Allah hendaklah dengan itu (karunia dan rahmat)
mereka bergembira, karena karunia dan rahmat Allah lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan"
(QS. Yunus:58)




Makna Idul Fitri
Dalam Aspek Humanius (kemanusian)



Makna ini
karena adanya kekuatan (materiil dan sperituil) yang menyatu dalam keperibadian
mukmin, antara yang kaya dan yang miskin, yang kuat dan yang lemah, yang
pejabat dan bawahan dalam bentuk kecintaan (mahabbah) dan kasih sayang
serta keadilan yang bersandar pada wahyu yang diturunkan dari langit (as-samawat)
dengan tujuan pokoknya adalah Zakat (penyucian), Ihsan (berbuat
baik) dan Ta'awun (peduli dan dermawan). Secara esensi 'ID mempunyai
implikasi terhadap yang kaya dan suka berfoya-foya, hingga menjadikan hal itu
tidak terus menerus ketergantungan pada materi, Tawadhu', bersimpuh
kepada Allah S
WT dan makhluqNya serta selalu ingat (dzikir) bahwa setiap
orang yang berada di sekitarnya adalah saudara dan penolongnya, dengan demikian
seakan-akan dia telah menghapus dan menebus keburukan yang diperbuatnya selama
setahun.




Makna Idul Fitri
Dalam Aspek Psikoterapy (terapi kejiwaan)



Dalam hal ini
nampak pada setiap wajah insan, keceriaan yang bersinar dari dalam qalbu,
sehingga dapat menaklukkan antara norma/budaya lingkungan dengan jiwa yang
dipancari
dengan sinar kelembutan, cahaya kebaikan dalam dirinya, dan merasa
tenteram dengan kondisi lepas yang membuat semua bentuk foya-foya dan hura-hura
terbuka untuk hawa nafsu yang biasanya lebih condong kepadanya, saat itu akan
berubah menjadi kesucian diri dan jiwa. Sehingga membuat beban hidup tidak lagi
merasa berat dan dengan mudah merajut jihad fi sabilillah sebagai amanah
hidup dalam pengembangan dakwah Islamiyah di seluruh penjuru dunia. Firman
Allah S
WT dalam surat asy-Syamsu dan al-A'la




قَدۡ أَفۡلَحَ
مَن زَكَّىٰهَا وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا 




"Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya"
(QS. Asy-Syamsu;
91:9-10)




قَدۡ أَفۡلَحَ
مَن تَزَكَّىٰ وَذَكَرَ ٱسۡمَ رَبِّهِۦ فَصَلَّىٰ 




Sesungguhnya beruntunglah
orang yang (setelah menerima peringatan itu) berusaha membersihkan dirinya
(dengan beriman),
Dan dia ingat (menyebut-nyebut
dengan lidah dan hatinya) akan nama Tuhannya serta mangerjakan shalat (dengan
khusyuk) 
( QS.al-A'laa
87:14-15)



 



Makna Idul Fitri
Dalam Aspek Sosial (
sosial)



Makna "ID
dari aspek ini amat sangat digemari oleh setiap manusia, mulai dari yang kecil,
dewasa, remaja bahkan yang tua sekalipun 
pada hari ini
(idul Fitri) semua dapat
melampiaskan kegembiraan dan keceria
annya, karena (1) merasa puas dengan
ibadah yang telah dilakukan selama satu bulan, serta meyakininya bahwa ibadah
itu diterima oleh Allah S
WT, (2) hari ini (idul Fitri)  dapat melepas kangen dengan
kerabat, keluarga dan teman-teman serta dengan semua orang (3) tersambungnya
kembali
tali silaturrah
im, bagi yang sudah lama tidak bertemu, dengan penuh kasih sayang
yang begitu menggelora yang dapat diperbaharui, hal ini betujuan untuk
menggugah kembali semangat dalam berkomunikasi, bergaul, berinteraksi dengan
sesama, dengan rasa kecintaan yang dalam, persaudaraan yang kokoh serta
kesetiakawanan yang tidak terputus.



Makna sosial
semacam inilah yang menjadi simbol dianjurkannya zakat Fitri pada Hari Raya Idul
Fitri dan penyembelihan Hewan Qurban pada Hari Raya Idul Adh-ha, sehingga
secara kemasyarakatan tidak ada jurang pemisah antara si kaya dan si miskin,
atau, semua orang–orang hidup sengsara dapat menikmati dan merasakan juga
aroma kegembiraan dan kebahagiaan, orang-orang yang dilanda kesusahan pada hari
ini
(idul Fitri) dapat merasakan kelegaan. Pada hari ini (idul Fitri) pula jiwa-jiwa yang suka berontak, melemah, luluh dan melenturkan kekangan kendali menuju perbuatan ihsan
(baik)



Pada hari ini (idul Fitri) terdapat hukum-hukum yang membabat habis karena kekalahan hawa
nafsu, sementara dibalik itu ada hikmah yang merangsang akal, diharibaan
Nya
ada rahasia yang dapat mensucikan jiwa. Hal itu membuahkan secercah uswah (teladan)
bagi orang disekitarnya, dari uswah itu membuahkan semangat mujahadah (perjuangan)
dalam kebenaran dan melawan kemungkaran yang biasa kita kenal dengan (Amar
Ma'ruf Nahi Mungkar
) dan dapat dijadikan patokan standart dalam menegakkan
keadilan di lingkungan masyarakat yang memiliki tujuan hidup yang berbeda,
serta dapat menumbuhkan semangat berkorban dengan memperhatikan kepentingan
orang lain dari pada kepentingan diri pribadi, yang masih dapat di
pending
untuk sementara waktu, serta dapat meng
-eratkan rasa
kecintaannya.



Pada hari ini (idul Fitri), tampak pada setiap kaum muslimin rasa keikhlashan diri untuk memaafkan
dan meminta maaf atas segala bentuk kesalahan dan dosa yang selama ini telah
membatu dalam jiwa raga
nya, kemudian ber-istighfar
kepada Allah S
WT. Sehingga hari raya ini menjadi ruh dalam satu keluarga besar dan
dalam diri umat secara universal (umum). Pada hari ini pula ruh-ruh  bertetangga mulai diperluas, memanjang dan
melebar, ibarat suatu negeri yang penduduknya menjadi satu rumah yang beranggotakan
insan-insan persaudaraan yang sejati. Pada hari ini, perikalu perasaan kaum
muslimin kembali menemui thabi'at aslinya (yaitu kembali ke fit
hrah) seperti asal
dia diciptakannya,




Ada beberapa hal yang menjadi
tuntutan bagi kita setelah kembali ke fitrah;



Di hari yang Fitri
ini,
Pertama kita dituntut
untuk bersikap lebih arif, bijak, dan menggugah kepekaan
, kepedulian
sosial antar sesama umat, jangan lagi ada perbedaan diantara kita, yang
berujung pada perpecahan, dan berakhir pada kehancuran, dengan perbedaan yang
ada, mari kita kikis dengan
saling memahami dan kesadaran
diri dalam menerima sebuah
perbedaan pemahaman terhadap ajaran agama
yang bersumber dari Allah S
WT dan Rasulullah SAW.  Karena
manusia diciptakan dalam kondisi berbeda QS.51:8.



Kita pererat hubungan kekeluargaan antar sesama, agar menjadi prima dan
berwibawa, kita termasuk umat yang berkemajuan, yang selalu membangun dari mental-mental
lemah, menjadi mental yang kuat, seperti pesan Rasulullah SAW pada umatnya
:




عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ
وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ
، وَفِـيْ كُـلٍّ
خَـيْـرٌ ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا
تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْءٌ فَـلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِـّيْ فَعَلْتُ
كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ،
فَإِنَّ لَوْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ




Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau berkata, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  Mukmin yang kuat lebih baik
dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah
; dan pada
keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang
bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu)
serta janganlah sekali-kali kamu merasa lemah. Apabila kamu tertimpa musibah,
janganlah kamu berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan
begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allah, dan Allah
berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan “seandainya” akan membuka
(pintu) perbuatan syaitan
.
(HR.Muslim:2664).




Memang! membangun dan merubah sikap dan mental
(mindset) tidak mudah bagi diri seseorang, akan tetapi hal ini harus
kita coba lakukan setiap saat, baik diwaktu suka maupun duka, sehingga sikapnya
di hari Idul Fitri ini tidak menghalangi untuk merasakan penderitaan yang
tengah dialami oleh sebagian saudara kita dari umat ini. Kedua dihari
ini dituntut agar kita bersikap lebih ekonomis dalam melampiaskan
kegembiraannya (bukan menghambur-hamburkan harta) ingat bahwa hidup ini tidak
berhenti sampai disini atau cukup hari ini saja, akan tetapi akan berkelanjutan
dari generasi ke generasi berikutnya atau yang baru lahir hari ini, oleh karena
itu menyisihkan sebagian yang kita miliki untuk berinfaq, shadaqah dan beramal
shalih lainnya yang dapat kita lakukan, khususnya pada saudara kita yang saat
ini mereka khawatir dengan beban hidupnya, dikarenakan hancurnya perekonomian
mereka, Ketiga kita dituntut untuk memperkuat  dan memperkokoh semangat persaudaraan, jangan
lewatkan kesempatan emas ini untuk selalu menjalin dan mencari kembali
saudara-saudara kita khususnya yang masih ada ikatan kekeluargaan dan umumnya
seluruh umat manusia sebagai tambahan silaturahmi, yang membuat semakin
banyak  teman, kolega dan lainnya,
demikian ini dapat diwujudkan dalam media yang mengangkat tema tentang malapetaka
dan musibah yang melanda saudara-saudara kita 
dan jihad yang mereka lakukan, dan mempertajam kemauan, membentangkan
tangan untuk selalu memberi dan menggerakkan lisan untuk berda'wah dan berdo'a,
inilah yang disebut kesedihan mulia yang direalisasikan dalam bentuk perilaku
nyata dalam kancah kehiupan bermasyarakat.




وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ


Dan  orang-orang yang
beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebagian yang lain. …
(at-Taubah:71)




Ayat ini
sebagai pembahasan akhir pada tulisan ini, mari kita lakukan apa yang bisa
dikerjakan, hindari berjanji dan berjanji yang belum tentu juga kita
laksanakan, dan kita tidak tahu kapan akan dipanggil menghadap kepada Sang Maha
Pencipta yakni Allah SWT.



 



Previous Post Next Post

Categorised Posts

نموذج الاتصال