INTEGRASI METODE RUQYAH DAN ILMU KEDOKTERAN

 INTEGRASI METODE RUQYAH DAN ILMU KEDOKTERAN


Oleh. Ust. DR dr. H Achdiat Agoes


Anggota CMM No. 87




PROLOG



Memperhatikn perkembangan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi saat
ini begitu pesat merupakan keniscayaan untuk selalu diikuti perkembangannya
supaya tidak ketinggalan di zaman dimana kita masih bisa berkarya dan
melakukannya. Salah satu indikasi untuk kita cermati bersama-sama bagi setiap
insan yang beragama dan berprofesi sebagai pelayan sosial. misalnya;
kepolisian, kependidikan dan keprofesioan kedokteran serta profesi sejenisnya.




Pada edisi perdana ini ingin menorehkan sebuah konsep perpaduan antara
agama dan keprofesian. Hal ini akan kami spesifikasikan pada masalah kedokteran
dan ilmu agama, karena keduanya merupakan persoalan yang selalu dihadapi oleh
kebanyakan manusia dalam menjalani kehidupan, baik secara personal maupun
sosial.




Dua perangkat ini (ilmu kedokteran dan ilmu agama) selalu bersentuhan
langsung dengan ilmu therapi dalam mengatasi masalah kesehatan yang selalu
muncul secara tiba-tiba dan pasti mengenai diri manusia.   




Dalam kontek ini mensinergikan antara ilmu kedokteran yang disebut Neuro
dan ilmu agama yang disebut ruqyah, jika diintegrasikan
menjadi Neurorukyah atau Ruqyatologi. Hal ini
terinspirasi dari firman Allah SWT dalam surat Fathir;35:
15



 



يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ
ٱلْفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ



           



Hai
manusia, kamulah yang berkehendak (butuh) kepada Allah; dan Allah Dialah Yang
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.



 




RUQYAHOLOGI



Ruqyahologi adalah suatu ilmu yang mempelajari Ruqyah untuk menyembuhkan suatu
penyakit yang diderita oleh seseorang dengan menggunakan pendekatan ilmu
kedokteran yang berkembang sesuai dengan kebutuhan jamannya.




Ruqyah adalah cara penyembuhan suatu penyakit melalui pembacaan Al Fatihah dan ayat
– ayat Al Qur’an atau do’a [1].




Ruqyahologi adalah suatu ilmu yang membuat upaya menggabungkan Ruqyah
ke dalam ilmu kedokteran [2].




Ilmu kedokteran adalah
suatu ilmu yang mempelajari berbagai hal tentang penyakit dan upaya
penyembuhannya.




Sudah disepakati bahwa ilmu kedokteran berasal dari era Hippokrates yang
hampir sejaman dengan Sokrates, Plato dan Aristoteles. Maka Ruqyah yang baru
muncul di masa perkembangan awal Islam seharusnya dapat pula dikembangkan
sebagaimana ilmu kedokteran dapat berkembang. Hal ini diperlukan guna menampung
setiap perkembangan dalam ilmu Ruqyah yang pasti terjadi tetapi tidak
tertampung dengan sistematis.




Sistematika inilah yang diperlukan pada
Ilmu Ruqyah agar Ruqyah dapat dipelajari semua orang,
dipraktekkan secara keilmuan. Agar dimungkinkan untuk diteliti ulang oleh
setiap orang maka istilah atau sebutan Ruqyahologi pantas dipakai bila
orang membicarakan Ruqyah sebagai sebuah illmu. Kata logi berasal
dari Bahasa Yunani logos artinya ilmu. Sebagai sebuah ilmu maka
nantinya Ruqyat bila Allah SWT menghendaki akan dapat dibuktikan dalam
penelitian – penelitian ilmiah.




Pada awalnya Ruqyat
adalah suatu upaya yang ditujukan pada pasien yang menderita suatu penyakit agar
dapat disembuhkan melalui pembacaan ayat – ayat Al Qur’an dan do’a – do’a.
dalam berbagai referensi kamus
disebutkan penggunaan kata jampi.  Tetapi
kata ini tidak tepat digunakan pada
kata Ruqyat, karena jampi berkonotasi negatif, sedangkan Ruqyat bukan menggunakan mantra-mantra melainkan hanya
do’a dan ayat – ayat Al Qur’an.
Penjelasan ini diperlukan untuk memberikan edukasi, atas
persepsi yang keliru sekaligus
mendudukkan
persoalan pada tempat yang sebenarnya.



Bila dikaji secara
mendalam, Ruqyat dalam bidang medis erat kaitannya dengan disiplin ilmu
kedokteran neurologi, sehingga bila ditarik benang merah dengan neurologi
maka Ruqyat dapat pula disebut Neurorukyatologi
Yaitu suatu cabang ilmu kedokteran neurologi yang
berkaitan dengan penyakit saraf dan Ruqyat.
Atau dapat juga dikatakan suatu
cabang ilmu pengobatan yang menggunakan pendekatan ilmu agama Islam akan tetapi
patomekanismenya dapat dijelaskan melalui pendekatan neurofisiologi dan neurobiokemistri.




Hal ini dilakukan sebagai suatu alternatif
yang
memungkinkan Ruqyat diterima
sebagai sebuah cabang keilmuan (neurologi). Maka Ruqyat dapat diartikan
sebagai suatu ilmu yang mempelajari cara penyembuhan penyakit melalui bacaan
ayat – ayat Al Qur’an dan/atau do’a – do’a  dan dapat diterangkan
(disinergikan) hubungannya
dengan ilmu kedokteran, melalui disiplin ilmu penyakit saraf.







HISTORI
RUQYAH



Menurut sejarahnya, pada masa
Nabi SAW terjadi sebuah kisah, ... Di antara para sahabat lantas berkata,
“Iya ada.” Lalu iapun mendatangi pembesar kampung tersebut dan ia meruqyahnya
dengan membaca surat Al-Fatihah. Maka pembesar kampung itupun sembuh. ...
(HR.
Bukhari
2276 dan Muslim
2201).




Ibnu Qayyim berkata;



“Aku pernah menginap di Makkah
selama beberapa saat lalu aku jatuh sakit, aku tidak mendapatkan satupun dokter
di sana, maka aku mencoba mengobati diriku sendiri dengan membaca surat
Al-Fatihah, dan aku dapati perubahan yang sangat menakjubkan, sejak saat itu aku
sering memberikan saran kepada orang-orang yang mengeluh akan penyakitnya untuk
membaca Al-Fatihah dan banyak dari mereka mendapatkan kesembuhan dengan cepat.”
(Kitab Ad Daau wad dawau, hal. 8)




Ayat Kursi digunakan karena ada
hadist yang menjelaskan,



....Sebagaimana hadits Abu
Hurairah, saat menjaga lumbung Zakat, yang diajari ayat kursi oleh syaitan....  (HR. Bukhari:2311).




Hikmah dari hadist diatas adalah: “Ayat Kursi dapat  mencegah
jin mendekat”. Bila diumpamakan penyakit itu adalah disebabkan oleh jin maka
bila dibacakan ayat Kursi penyakit tersebut dapat disembuhkan.




Ruqyah tumbuh dengan berdasar pada keyakinan bahwa, setiap kesembuhan adalah
berasal dari Allah SWT. Sebagaimana Allah berfirman: “Dan bila aku sakit Dia
lah (Allah) yang menyembuhkan”
(QS asy-Syura;26:80).  Menyandarkan suatu kesembuhan
kepada Allah SWT adalah sesuatu yang sangat modern, karena ilmu kedokteran
barat telah mengabaikannya.



 




Kata
Syifa’ dalam al-qur’an;



(QS.
9:14).  (QS. 10:57).  (QS. 16:69). 
(QS. 17:82).  (QS. 41:44). (QS. 2
6:80). 



Ruqyah berkembang untuk memenuhi kebutuhan
akan pengobatan
terhadap penyakit yang sulit sembuh (seperti
kanker) atau pada berbagai penyakit bila sebagian sudah berada pada fase
terminal.  



Pengobatan dengan Ruqyah juga berlandaskan pada Wasilah setiap orang yang mempunyai
prestasi pribadi baik besar maupun kecil. (QS.
4:35).




Dan ini dapat dijadikan sebagai landasan memohon sesuatu termasuk memohon kesembuhan
dari suatu penyakit kepada Allah SWT. Nabi berpesan supaya ummatnya menggunakan
wasilah pribadi terlebih dahulu
, sebelum meminta
pertolongan or
ang lain dalam hal mengupayakan
kesembuhan dari penyakit. Oleh karena itu pada masa dahulu di zaman Nabi tidak
banyak orang yang sakit.



Begitu majunya ilmu kedokteran di masa
Nabi yang tidak dapat ditiru oleh manusia sesudahnya.




Sekarang ini Ruqyah menjadi suatu kebutuhan akan prompt treatment di tengah
lesunya perekonomian bangsa maka rukya
h diharapkan
dapat tampil sebagai pelita di kegelapan.



 




Ilustrasi
keberhasi
lan Rukyat



Manusia Allah Ta’ala ciptakan dari air (QS
25:54).
Thales seorang filsuf Yunani mengemukakan pendapat seperti Al
Qur’an tersebut pula. Demikian pula hewan – hewan yang lain Allah SWT ciptakan
pula dari air (QS 24:45). Disamping itu manusia juga diciptakan Allah SWT
dari saripati tanah (QS 23:12-13). Indah sekali ayat ini. Lalu Allah SWT
meniupkan RuhNya maka jadilah manusia sempurna
. Meskipun masih dalam Rahim ibunya. Kemudian Allah SWT meminta manusia
untuk bersaksi bahwa Allah SWT adalah Rabb mereka. Selama sembilan bulan
sepuluh hari baru boleh keluar dari tempat tinggalnya yang nyaman dalam Rahim
tersebut.




Dari tubuh manusia tersebut tidak ada
satupun bagian tubuh yang Allah SWT ciptakan tiada berguna. Semua ada fungsinya.
“Rabbana ma khalaqta haadza bathila. Subhanaka faqina ‘adzabannaar”.
(QS.3:191)




Sebagai contoh paling sederhana misalnya
kaki dipergunakan untuk berjalan.
(QS.31: 18).   Bila manusia lalai dari berjalan maka manusia
akan merasakan berbagai akibatnya yang merugikan kesehatan. Kaki dan betis
ibarat jantung kedua bila tidak dikawal maka jantung akan lemah meski umur
belum tua benar.




Ruqyat akhirnya sering digunakan pada
pasien yang sakit kritis, terminal illnesses, dan penyakit yang belum diketahui
apa jenis diagnosisnya apalagi obatnya. Pada beberapa rumahsakit sudah diterima
sebagai palliative medicine.




Hanya satu yang membuat sedih ketika ada dokter yang mencoba memakai Ruqyat sebagai bagian dari
perawatan dan pengobatannya dia dikatakan terkun atau dokter – dukun. Ini
sangat tidak enak
, inilah kedudukan ruqyah dalam Ilmu Kedokteran Modern.



 




Manajemen Ruqyat



Penderita yang akan di ruqyah seyogyanya di tetapkan dulu diagnosisnya. Oleh karena
itu pendekatan medis biasa perlu dilakukan
untuk masa yang akan datang.



Pasen diminta mengisi borang permintaan
pemeriksaan dengan informed consent. Selanjutnya melalui sebuah prosedur
klinik pemeriksaan kesehatan biasa.



Jangka
panjang a
kan lebih baik bila rukyah sudah diterima sebagai bagian dari palliative
medicine
di rumahsakit.



 




Cara Pengobatan



Pengobatan dilakukan dengan meminta
pasen mendengarkan do’a dan ayat yang dibaca berulang – ulang oleh therapist.
Kalau pasen bisa mengikuti bersama therapis maka hasilnya akan lebih baik lagi.
Dan hasilnya akan terlihat
setelah beberapa kali ayat dan do’a dibacakan oleh dokter.




Ayat – ayat yang sering dibacakan pada Ruqyah.



QS. al Baqarah 1 – 5, 255, 260, 285-286. Ali
Imran
;26–27, 190 – 194. Al Ikhlas
Al Falaq
, An Naas . Ar Rahmaan 1 – 13. Yaasiin 1 – 10. Thaaha 1 –
15, 16 – 40 (1 – 40)
. Al Waqi’ah 1 – 21. Al Mulk 1 – 7. Al Kahfi 1
– 10
. Maryam 1 – 3. Luqman 12
– 13
. Al ‘Adiyat 1 – 8.




Bagian tubuh yang sakit diusap dengan
tangan kalau perlu dengan dibasahi air. Air tersebut setelah dido’akan
diminumkan kepada pasen sambil diiringi bacaan Al Fatihah dan do’a mohon
kesembuhan: ”Allahumma anta syafi’ wa ni’mas syafi’.




Setiap ayat Al Qur’an tersebut
mengandung makna. Sebaiknya dicari padanan ayat yang agak bersesuaian dengan
kondisi penyakit. Berikut ini daftar penyakit dan ayat yang dibaca:



Stroke: Al Fatihah Ayat Kursi, Ali Imran
2
6 – 27, Ar Rahman 1 – 10,  



Kanker: Al Fatihah Ayat Kursi, Ali Imran
27 – 27, Ar Rahman 1 – 10,



Depressi: Thaaha ayat 1 – 40.




Ayat-ayat
Al Qur’an menjadi janji Allah
SWT sebagai syifa’ maka
penyakit yang diderita pasen akan sembuh atau berkurang penderitaannya. Perlu
diperhatikan, bahwa semua bacaan al-fatihah/ayat-ayat harus diiringi dengan
rasa percaya dan yakin kepada Allah SWT, jika telah bersatu rasa kepercayaan
serta keyakinan kepada Allah
SWT, maka bacaan tersebut
akan benar-benar memberikannya kesembuhan.













[1] Dalam prakteknya diperlukan juga suatu
media misalnya air yang diminumkan yang sebelumnya air itu telah dibacakan
do’a. do’a atau ayat yang dipakai biasanya adalah Surat Al Fatihah dan Ayat
Kursi.







[2] (Namun pada kenyataannya ini suatu hal
yang riskan)



 





Previous Post Next Post

Categorised Posts

نموذج الاتصال